Suka Duka Bekerja di Perpustakaan
Kenapa saya membuat artikel ini? Mungkin banyak diluaran sana atau yang kebetulan sedang membaca artikel ini bertanya-tanya, bagaimana sih suka duka bekerja di perpustakaan? Kebetulan saya sudah bekerja di perpustakaan salah satu perguruan tinggi swasta di Banyuwangi kurang lebih 7 bulan sejak artikel ini saya tulis.
Kenapa saya dulu kok melamar kerja di pepustakaan? Apakah gajinya besar? Kenapa tidak melamar di perusahaan-perusahaan besar yang mempunyai gaji besar? Pertanyaan seperti itu sudah sering saya jumpai dalam kehidupan saya. Kalau gajinya kecil sih enggak juga ya, yang penting tetap bersyukur. Gaji bukan patokan utama bagi saya, tetapi ilmu yang saya pelajari saat kuliahlah yang menjadi patokan, jadi saya memutuskan harus terjun di dunia perpustakaan. Selama tujuh bulan saya bekerja sebenarnya ada banyak kendala yang saya hadapi. Kendala apa sajakah itu? Berikut saya uraikan suka dan duka bekerja di perpustakaan.
Kendala Bekerja di Perpustakaan
Untuk saya yang masih seumur jagung bekerja di perpustakaan pasti banyak sekali kendala yang saya hadapi daripada sukanya. Sekedar informasi perpustakaan di tempat saya bekerja tempatnya tidak terlalu besar dan hanya diisi oleh dua orang termasuk saya sebagai pustakawan dan satu orang kepala perpustakaan. Untuk sekelas perpustakaan perguruan tinggi seharusnya memang harus lebih dari 2 orang. Berikut kendala saya bekerja di perpustakaan:
1. Dukungan Anggaran yang Masih Minim
Hal ini memang banyak dirasakan oleh perpustakaan perguruan tinggi yang masih berkembang mengingat anggaran terkadang mesti cair satu tahun sekali. Hal ini pulalah yang membuat perpustakaan sulit untuk mendapatkan buku baru karena tidak mampu membeli.
2. Menjadi Pustakawan Tunggal
Ini berlaku bagi perpustakaan sekolah maupun perpustakaan perguruan tinggi swasta yang hanya mempunyai satu orang pustakawan/tenaga perpustakaan. Pustakawan tunggal ini harus menyelesaikan semua tugas mulai dari pengadaan, inventarisasi, klasifikasi, input data, shelving bahan pustaka, pelayanan sirkulasi, membuat laporan, mengembangkan sistem informasinya, bahkan sampai bersih-bersih seperti menyapu dll.
3. Perpustakaan Berkembang dengan Lambat
Dengan minimnya pustakawan tentu akan membuat pekerjaan menjadi lebih berat. Sebagai contoh ketika melakukan pengadaan buku yang cukup banyak, tentu tidak bisa diselesaikan dalam waktu beberapa minggu saja. Mulai dari pengadaan sampai proses shelving membutuhkan waktu sampai berbulan-bulan karna pekerjaan yang dilakukan tidak hanya satu. Hal ini pula yang sering membuat pengunjung bertanya, Pak kapan buku barunya boleh dipinjam? Tapi saya berusaha menjawab secepatnya.
Dengan minimnya pustakawan tentu akan membuat pekerjaan menjadi lebih berat. Sebagai contoh ketika melakukan pengadaan buku yang cukup banyak, tentu tidak bisa diselesaikan dalam waktu beberapa minggu saja. Mulai dari pengadaan sampai proses shelving membutuhkan waktu sampai berbulan-bulan karna pekerjaan yang dilakukan tidak hanya satu. Hal ini pula yang sering membuat pengunjung bertanya, Pak kapan buku barunya boleh dipinjam? Tapi saya berusaha menjawab secepatnya.
4. Tidak Ada Teman Berdiskusi
Kondisi ini membuat semua rencana yang akan dilakukan harus dipikirkan sendiri. Sebenarnya bisa saja berdiskusi dengan pustakawan perpustakaan lain, tapi terkadang kondisi tiap perpustakaan berbeda baik dari pelayanannya atau dari cara pengembangan perpustakaannya.
5. Pelayanan Kurang Maksimal Saat Pengunjung Membludak
Kadang kala perpustakaan banyak sekali yang mengunjungi, entah mau mengerjakan tugas, meminjam buku ataupun mencari jurnal. Seringkali saya dihadapkan pada kondisi seperti ini, banyak mahasiswa yang meminjam buku sedangkan pelayanan sirkulasinya masih manual sehingga dibutuhkan waktu cukup lama untuk menyelesaikan satu transaksi saja. Disaat bersamaan, ada juga mahasiswa yang bertanya letak buku ini buku itu karena tidak tahu letak buku yang dicari, ada juga meminta untuk diajari mencari jurnal online. Hal tersebut tentunya membuat pelayanan kurang maksimal dan membuat pengunjung kurang nyaman.
Selain kendala-kendala yang sudah saya sebutkan diatas, ternyata ada keuntungan tersendiri yang saya dapatkan saat bekerja di perpustakaan. Berikut saya bagikan pengalaman saya:
1. Pengetahuan Bertambah
Hal ini jelas sekali saya rasakan karena saya bebas membaca buku apapun yang ada di perpustakaan tempat saya bekerja. Kebetulan perpustakaan tempat saya bekerja buku-bukunya tentang kesehatan, jadi sedikit banyak tahulah seputar kesehatan.
2. Kemampuan Semakin Terasah
Dengan adanya kendala-kendala yang saya hadapi, membuat saya selalu belajar dari kesalahan dan mempelajari segala sesuatunya yang berhubungan dengan perpustakaan. Mulai dari pengembangan sistem otomasi perpustakaan, mengolah bahan pustaka dan lainnya. Hal tersebut tidak serta merta saya pelajari secara otodidak, tetapi saya juga sering membaca artikel-artikel yang berhubungan dengan pengembangan perpustakaan ataupun bergabung dalam forum dan sharing antar pustakawan.
3. Mempunyai Banyak Waktu
Disaat perpustakaan sedang sepi, saya selalu memanfaatkannya melakukan hal yang bermanfaat. Contoh kecil saja saya bisa membaca buku atau koran atau membaca informasi di internet. Terkadang juga waktu sepi tersebut saya manfaatkan untuk menulis dan mengolah blog pribadi.
Demikian artikel yang saya buat tentang Suka Duka Bekerja di Perpustakaan. Mungkin teman-teman mempunyai pengalaman yang lain yang bisa dibagikan, jangan sungkan-sungkan bagikan pengalamanmu di kolom komentar yaa :-).